Subscribe

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Sabtu, 13 Desember 2008

Introduce our TIM



DOMESTIC VIOLENCE AND ANGER

"Save Your Soul"
Kelompok 10 Keperawatan JIwa FIK UNPAD

Hellow. . . .
Kami dari kelompok 10 keperawatan jiwa angkatan 2005 Fakultas Ilmu Keperawtan UNPAD, mempersembahkan web blog ini sebagai tempat berbagi pengetahuan khususnya ilmu jiwa...
Semoga web blog ini bermanfaat untuk kemajuan bidang ilmu jiwa dan bidang ilmu keperawatan pada umumnya.
Thank's yah..
Udah buka web blog kami
^_^

Wizy (N10040021)
Adisty (N10040504 )
Deden Yusuf ( N10043604)
Stephanie. Alice. A.H (N10050015)
Gina Yulistiana (N10050027)
Nenden Nur. A. M (N10050039)
Purbayanty(N10050045)
Shanty Wulandari (N10050055)
Murdini. U (N10050072)
Tabita. C. T (N10050082)
Nodea. A. A. Y (N10050091)






Kisah nyata di Jatinangor

KRONOLOGIS KISAH PHOTO DENGAN ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA

KISAH NYATA DI JATINANGOR


"Ketika saya sedang makan didekat ATM Mandiri Alfamart, saya melihat orang dengan gangguan jiwa berjalan menuju ke arah sayang, ketika saya mengikuti dia dari belakang dengan maksud untuk mengajak berfoto, dia berjalan sangat cepat jadi saya diam-diam foto dengan dia dan foto yang terlihat hanya sekilas".

"Ketika saya lewat di depan Ampera saya melihat ada orang dengan gangguan jiwa yang berbeda, dia terkenal suka melempar orang dengan alasan yang tidak jelas. Dengan perasaan sedikit takut, saya mengajak dia foto dengan imbalan 1000 rupiah dia mau berfoto bersama saya".

Asuhan Keperawatan Klien dengan Ekspresi Marah

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI MASALAH PSIKOSOSIAL: DOMESTIC VIOLENCE DAN ANGER

Konsep Marah

1. Pengertian

Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (stuart dan Sunden,1987:563). Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk dapat mengerti perasaan yang sebenarnya.

Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit klien sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Banyak situasi kehidupan yang menimbulkan kemarahan,misalnya fungsi tubuh yang terganggu sehingga harus masuk rumah sakit, control diri yang diambil alih oleh orang lain, menderita sakit, peran yang tidak dapat dilakukan karena dirawat di rumah sakit, pelayanan perawat yang terlambat dan banyak hal lain yang meningkatkan emosi klien.

2. Rentang respon kemarahan

Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptive

Adaptif Maladaptif


Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK

v Assertion adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain yang tidak akan menimbulkan masalah.

v Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.

v Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya.

v Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkonrol.

v Ngamuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan control diri.

Proses kemarahan

Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu

· Mengungkapkan perasaan verbal

· Menekan

· Menantang.

Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal. Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada system individu (Disruptionand Loss). Untuk itu bagaimana seorang individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau mengjengjelkan tersebut (personal meaning).

Bila seseorang mempunyai personal meaning positif, maka dia akan dapat melakukan kegiatan secara positif (compensatory act) dan tercapai perasaan lega (resolution). Namun bila dia gagal dalam memberikan makna/ personal meaning negatif maka akan muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara (helplessness). Perasaan itu akan memicu timbulnya kemarahan (anger). Kemarahan yang diekspresikan keluar (expressed outway) dengan kegiatan yang kontruktif (contructive action) dapat menyelesaikan masalah. Kemarahan yang diekspresikan keluar (expressed outway) dengan kegiatan destruktif (destrcutive action) dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal (guilt). Kemarahan yang dipendam (ekspressed inward ) akan menimbulkan gejala psikosomatis (painful symptom).

Peran Perawat pada Klien Marah

1. Pengkajian

Pada dasarnya pengkajian pada klien marah ditujukan pada semua aspek, yaitu biospiritual-kultural-spiritual.

Aspek Biologis

Respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin, sehingga tekanan darah meningkat, takhikardi, wajah merah, pupil melebar, dan frekuansi pengeluaran urin meningkat. Hal ini disebabkan energy yang dikeluarkan saat marah bertambah.

Aspek Emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin bekelahi, ngamuk, bermusuhan, sakit hati, menyalahgunakan dan menuntut. Perilaku menarik perhatian dan timbulnya konflik pada diri sendiri perlu dikaji seperti melarikan diri, bolos dari sekolah, mencuri, menimbulkan kebakaran, dan penyimpangan seksual.

Aspek Intelektual

Sebagian besar pengalaman kehidupan individu didapatkan melalui proses intelektual. Peran pancaindera sangat penting untuk beradaptasi pada lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman.

Aspek Social

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan dari orang lain.

Aspek Spiritual

Kepercayaan, nilai, dan moral mempengaruhi ungkapan marah individu.aspek tersebut mempengarui hubungan individu dengan lingkungan. Individu yang percaya kepada Tuhan Yang Maha esa, selalu meminta kebutuhan dan bimbingan kepada-Nya.

2. Diagnosa Keperawatan

Beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan :

  1. Kesulitan mengungkapkan kemarahan tanpa menyakiti orang lain, sehubungan dengan tidak mengetahui cara ungkapan yang dapat diterima, dimanifestasikan dengan marah disertai dengan suara keras pada orang sekitar.
  2. Gangguan komunikasi sehubungan dengan perasaan marah terhadap situasi dan pelayanan yang diterimanya yang dimanifestasikan dengan menghina atau menyalahkan perawat, seperti “Anda seharusnya disini sejak sejam yang lalu”.
  3. Penyesuaian yang tidak efektif sehubungan dengan tidak mampu mengkonfrontasikan kemarahan, dimanifestasikan dengan mengucapkan kata-kata kasar berlebihan.
  4. Penyasuaian yang tidak efektif sehubungan dengan penolakan rasa marah yang dimanifestasikan dengan kata-kata : “Saya tidak pernah marah”.
  5. Mempunyai potensi untuk mengamuk pada orang lain sehubungan dengan keinginan yang bertolak belakang dengan perawatan rumah sakit, dimanifestasikan dengan menolak mengikuti peraturan rumah sakit dan ingin memukul orang lain.
  6. Mempunyai potensi untuk mengamuk pada orang lain sehubungan dengan fungsi kontrol otak yang terganggu akibat adanya gangguan neurologis otak yang dimanifestasikan dengan bingung dan hipersensitif terhadap rangsangan interpersonal.
  7. Kekuatan marah yang berkepanjangan sehubungan dengan diagnosa baru, situai baru dan informasi yang kurang.

3. Intervensi dan Implementasi Keperawtan

Kesadaran Diri Merawat

Bagi perawat yang mempunyai pengetahuan tentang kemarahan akan dapat membantu klien untuk mengatasi kemarahan. Bagi staf harus menyadari bahwa klien dapat mengungkapkan marah dengan tidak bermusuhan dan memberi dukungan atas ungkapan tersebut. Perawat perlu memahami perasaan sendiri dan reaksinya terhadap kemarahan klien.

Kontrol Terhadap Kekerasan

Perawat perlu mengembangkan kemampuannya mengatasi tingkah laku klien yang tidak terkontrol. Dengan empati dan pengamatan yang cermat dan tingkah laku klien, perawat dapat mengantisipasi ledakan kemarahan klien.

Aspek Biologis

Memberikan cara menyalurkan energi kemarahan dengan cara yang konstruktif melalui aktivitas fisik seperti : lari pagi, angkat berat, dan aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga

Aspek Emosional

Perawat dapat membantu klien yang belum mengenal kemarahannya dengan menyatakan seperti ”Bapak tidak tenang atau ibu marah”. Hal ini mendorong klien mengenal perasaan marahnya.

Aspek Intelektual

Ketika seseorang tiba-tiba marah ia perlu diarahkan pada batas orientasi ”kini dan di sini”, pada situasi seperti ini perawat dapat ;

1. Menghadapi intensitas kemarahan klien

2. Mendorong ungkapan rasa marah klien

3. Membuat kontak fisik dengan klien

4. Menyertakan klien dalam kelompok

5. Memeriksa keadaan fisik klien

6. Kalau perlu menjaga jarak untuk melindungi diri

7. Memberikan laporan pada perawat yang dinas berikutnya.

Aspek Sosial

Bermain peran memungkinkan klien mengeksplorasi perasaan marah dengan melakukan :

1. Mengkaji pengalaman marah masa lalu

2. Bermain peran dalam mengungkapkan marah

3. Mengembangkan cara pengungkapan marah yang konstruktif

4. Mempelajari cara menintegrasikan pengalaman

5. Membagi perasaan deengan anggota kelompok bermain

Aspek Spiritual

Bila klien marah kepada Tuhan atau kekuatan supranatural karena yakin bahwa penyakitnya adalah hukuman dari Tuhan, maka perawat memberi dorongan agar klien mengungkapkan perasaannya atau memanggil pemimpin agama bila perawat merasa tidak adekuat.

4. Evaluasi

Fokus evaluasi adalah cara ungkapan kemarahan, ketepatan marah, kesesuaian objek, kesamaan derajat ungkapan marah dengan faktor pencetus dan kesadaran klien terhadap proses yang dialam, sehingga jika fase marah telah selesai, klien dapat melalui fase berikut sampai dapat menerima keadaan penyakitnya dan dapat menggunakan penyesuaian yang efektif.

5. Fungsi Positif Marah

- Fungsi energi : Marah dapat meningkatkan energi

- Fungsi ekspresi : Ekspresi marah yang aseratif à sehat

- Self Promotional Function : Marah untuk menunjukan harga diri à memproyeksikan konsep diri

- Fungsi defensif : Kemarahan merupakan pertahanan ego dalam menanggapi kecemasan yang meningkat karena konflik eksternal à setelah marah à lega.

- Potentiating Function : Kemarahan dapat meningkatkan potensi

- Fungsi Diskriminasi : Membedakan ekspresi seseorang : marah, sedih atau gembira

6. Respon Perawat Terhadap Kemarahan Klien

Dalam kajian kesehatan mental, pasien dengan kepribadian antisosial dan perilaku menyimpang menunjukkan celaan, intoleransi, dan gangguan moral secara umum yang lebih besar dari pasien-pasien lainnya. Sebagai seorang yang membutuhkan pertolongan, klien-klien tersebut terlihat seakan memiliki moral yang lemah. Namun disisi lain, mereka sebenarnya sanggup untuk mengatasi permasalahannya jika ia mau berusaha. Hal yang paling efektif dalam membantu klien adalah dengan sering memperbaiki diri klien itu sendiri melalui kesadaran diri dan pemahaman sikap manusia.

Respon Terhadap Keluarga

Perawat juga dapat memberi respon sama terhadap keluarga seperti terhadap klien. Beberapa hal perlu dikaji:

  1. Warisan keluarga dari generasi ke generasi
  2. Pola hubungan keluarga yang memudahkan klien berperilaku menyimpang
  3. Kurangnya perhatian dan pendidikan keluarga
  4. Terlalu overprotektif

Domestic Violence (Kekerasan)

Asuhan Keperawatan Klien dengan Domestic Violence (Kekerasan)

Konsep Kekerasan

Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).

1. Pengertian

Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai, dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan tindakan yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi kemarahan langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut.

1. Faktor yang Melatarbelakangi

a. Psikologis (kejiwaan), kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustrasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak , dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.

b. Perilaku reinforcement (penguatan /dukungan) yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu menadopsi perilaku kekerasan.

c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif)dan kontorol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permissive).

d. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem persarafan diotak turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

2. Faktor Penyebab

· Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri

· Lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan

· Interaksi sosial

3. Tanda dan Gejala

Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula klien memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul bila tidak senang. Wawancara diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan oleh seseorang.

4. Pengobatan Medik

Beberapa obat yang sering digunakan untuk mengatasi perilaku agresif diantaranya :

    1. Anti ansietas dan hipnotik sedatif contohnya : Diazepam (valium).
    2. Anti depresan, contohnya Amitriptilin.
    3. Mood stabilizer, contoh : Lithium, Carbamazepin.
    4. Antipsikotik, contoh : Chlorpromazine, Haloperidol dan Stelazine.
    5. Obat lain :Naltrexon, Propanolol

5. Penanganan Keperawatan

Ada tiga strategi tindakan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan, disesuaikan dengan sejauh mana tindakan kekerasan yang dilakukan oleh klien.
Strategi tindakan itu terdiri dari :

a. Strategi preventif, terdiri dari kesadaran diri, penyuluhan klien dan latihan asertif.

b. Strategi Antisipasi, terdiri dari komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan perilaku dan psikofarmakologi.

c. Strategi pengekangan, terdiri dari manajemen krisis, pengasingan dan pengikatan.

Penyuluhan

Klien perlu disadarkan tentang cara marah yang baik serta bagaimana berkomunikasi merupakan cara yang efektif untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan. Bahwa marah bukan suatu yang benar atau salah, harus disadari oleh klien. Untuk itu dari penyuluhan klien untuk mencegah perilaku kekerasan berisi :

a. Bantu klien mengidentifikasi marah.

b. Berikan kesempatan untuk marah.

c. Praktekkan ekspresi marah.

d. Terapkan ekspresi marah dalam situasi nyata.

e. Identifikasi alternatif cara mengekspresikan marah.

Contoh kasus & askep klien gangguan jiwa dengan masalah utama perilaku kekerasan

Contoh kasus :

Ibu E, 42 tahun masuk RSJ dengan alasan mengamuk, membanting barang- barang, geliah tidak bisa tidur, berendam di kamar mandi selama beberapa jam(4jam). Klien telah tiga kali dirawat dengan alasan yang sama yaitu mengamuk. Berdasarkan data dari klien dan keluarganya, Klien biasanya amuk karena ditegur atas kesalahannya. Klien mengatakan mudah kesal dan jengkel, membanting – banting barang , merasa semua barang itu tidak ada harganya. Klien merasa sangat bersemangat, wajahnya tegang muka merah ketika menceritakan masalahya, terlebih lagi saat menceritakan suaminya yang sangat kejam dan sering memukulinya. Sewaktu klien hamil 6bulan suaminya menginjak – injak perutnya, suaminya menyuruh klien agar menggugurkan kandungannya sehingga klien ngamuk dan membanting karaoke. Sejak itu suaminya pergi meninggalkan klien dan tidak kembali sampai sekarang. Kakak dan adiknya adalah dokter dan sarjana hukum. Klien merasa minder bila berada dalam lingkungan keluarga.

Menurut keluarganya (ibu dan adiknya) klien udah marah, cepat tersinggung, dan selalu merusak lingkungan(membanting barang)sejak gagal dalam pendidikan dan perkawinannya. Ayah klien mengatakan sudah frustasi mengahadapi perilaku anaknya. Klien juga biasanya hanya berendam di kamar mandi berjam – jam saat marah. Bila sedang marah, ayah klien semakin memarahinya sehingga membuatnya mengamuk. Klien tidak mau mandi bila tidak disuruh. Klien tampak kotor, rambut kotor dan kusut, gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan hitam, kulit banyak daki dan kering. Klien mengatakan malas mandi dan mandi kalau perlu saja. Sehabis mandi masih tampak kotor.

· Masalah keperawatan untuk kasus diatas meliputi :
1. Resiko cedera

2. perilaku kekerasan

3. gangguan konsep diri; harga diri rendah kronis

4. Gangguan pemeliharaan kesehatan

5. Deficit perawatan diri; mandi dan berhias

6. ketidakefektifan koping keluarga; ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah

7. ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik

· Diagnosa Keperawatan :

1. Resiko perilaku mencederai diri berhubungan dengan perilaku kekerasan

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah kronis

3. Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan deficit perawatan diri mandi dan berhias

4. Ketidakefektifan pelaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien

· Intervensi

Contoh intervensi untuk diagnosa Resiko perilaku mencederai diri berhubungan dengan perilaku kekerasan dalam hal mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan adalah

v Diskusikan kegiatan fisik yang dapat dilakukan kien

v Beri pujian atas kegiatan fisik yang bias dilakukan klien

v Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk mencegah perilaku kekerasan, yaitu ; tarik napas dalan dan pukulkasur serta bantal

v Diskusikan cara melakukan tarik napas dalam dengan klien

v Beri contoh kepada klien tentang cara menarik napas dalam

v Minta klien untuk mengikuti caontoh yang diberikan sebanyak 5 kali

v Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik napas dalam

v Tanyakan perasaan klien setelah melakukannya

v Anjurkan klien untuk melakukan cara yang telah dipelajari saat marah / jengkel

v Lakukan & ajarkan klien untuk cara afisik lainnya seperti diatas pada pertemuan berikutnya

v Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang akan dilakukan sendiri oleh klien

v Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajarinya

v Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan , cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dilakukan dengan cara mengisi jadwal kegiatan harian (self- evaluation)

v Validasi kemampuan klien dalam melakukan latihan

v Beri pujian atas keberhasilannya

v Tanyakan pada klien:”apakah kegiatan cara pencegahan perilaku kekerasan dapat mengurangi perasaan marah?”